Setelah hasil seleksi substansi
beasiswa LPDP tahap 1 tahun 2025 diumumkan pada 19 Juni 2025, banyak peserta
yang merasa kecewa karena mereka gagal mendapatkan beasiswa LPDP. Di
dinding-dinding media sosial seperti thread dan Instagram, begitu banyak yang
mencurahkan kekecewaan dan kekesalannya. Mereka merasa sudah all out, saat
wawancara pun lancar-lancar saja. Ternyata, yang muncul di akun pendaftaran
LPDP mereka justru kalimat pahit: “MOHON MAAF ANDA TIDAK LULUS SELEKSI
SUBSTANSI.”
![]() |
Sumber: LPDP |
Sakit. Luka. Perih. Jengkel.
Semua rasa campur aduk menjadi satu. Ada yang menangis diam-diam, ada yang
bingung harus menjelaskan apa kepada orang tua, dan ada pula yang merasa harga
dirinya seolah diremukkan. Wajar. Sangat manusiawi. Karena ketika kita sudah
mencurahkan segala energi, waktu, dan doa, lalu hasilnya tak sesuai harapan,
kecewa itu pasti datang.
Namun, jangan biarkan kecewa itu
berakar terlalu dalam. Ingatlah: kamu gagal bukan karena kamu tidak cukup
hebat. Tapi karena Tuhan sedang mengarahkanmu ke waktu yang lebih tepat, atau
jalan yang lebih baik.
Kegagalan hari ini bukanlah
akhir. Justru, ini adalah bagian dari proses panjang untuk menjadikanmu pribadi
yang lebih kuat, lebih tahan banting, dan lebih matang. Jangan buru-buru
menyalahkan dirimu. Jangan pula membandingkan langkahmu dengan orang lain yang
mungkin hari ini sedang merayakan kelulusan.
Sebaliknya, berilah ruang untuk
merenung. Bertanyalah:
Apa yang sudah kulakukan dengan baik? Apa yang bisa kuperbaiki untuk percobaan
berikutnya? Apa yang sesungguhnya ingin kutuju dalam hidup ini, dan bagaimana
caranya sampai ke sana, entah dengan LPDP atau bukan?
Banyak dari mereka yang hari ini
sukses, dulu pernah gagal. Ada yang ditolak dua kali, tiga kali, bahkan lebih,
sebelum akhirnya diterima. Ada pula yang kemudian menemukan jalan hidup
lain—melanjutkan studi lewat beasiswa lain, bekerja di organisasi internasional,
membangun komunitas, menjadi dosen, penulis, pebisnis, atau aktivis sosial—dan
pada akhirnya berterima kasih kepada kegagalannya, karena dari sanalah mereka
menemukan panggilan sejati.
Kamu bisa seperti itu juga.
Jika kamu ingin mencoba lagi
tahun depan, persiapkan dirimu dari sekarang. Bangun narasi hidupmu dengan
lebih utuh. Perkuat kontribusi sosialmu. Latih kemampuan bahasa Inggris,
akademik, maupun soft skill-mu. Tapi jika kamu memilih jalan yang berbeda, yakini
bahwa itu juga bukan jalan yang lebih rendah—hanya berbeda, dan bisa jadi lebih
sesuai.
Sukses itu tidak hanya punya satu
pintu. Kadang, ketika satu pintu tertutup, jendela terbuka. Kadang pula, kita
harus berjalan sedikit memutar agar bisa sampai pada tujuan yang sama dengan
cara yang lebih indah.
Hari ini mungkin bukan harimu.
Tapi bukan berarti kamu tidak akan punya hari besar di masa depan.
Jadi, izinkan dirimu
bersedih—tapi hanya sebentar. Lalu bangkitlah. Dunia masih luas. Jalan masih
panjang. Mimpimu masih menunggu untuk diwujudkan.
Dan percayalah:
Tuhan tidak pernah salah merencanakan masa depan orang yang
bersungguh-sungguh.
Setelah hasil seleksi substansi
beasiswa LPDP tahap 1 tahun 2025 diumumkan pada 19 Juni 2025, banyak peserta
yang merasa kecewa karena mereka gagal mendapatkan beasiswa LPDP. Di
dinding-dinding media sosial seperti thread dan Instagram, begitu banyak yang
mencurahkan kekecewaan dan kekesalannya. Mereka merasa sudah all out, saat
wawancara pun lancar-lancar saja. Ternyata, yang muncul di akun pendaftaran
LPDP mereka justru kalimat pahit: “MOHON MAAF ANDA TIDAK LULUS SELEKSI
SUBSTANSI.”
Sakit. Luka. Perih. Jengkel.
Semua rasa campur aduk menjadi satu. Ada yang menangis diam-diam, ada yang
bingung harus menjelaskan apa kepada orang tua, dan ada pula yang merasa harga
dirinya seolah diremukkan. Wajar. Sangat manusiawi. Karena ketika kita sudah
mencurahkan segala energi, waktu, dan doa, lalu hasilnya tak sesuai harapan,
kecewa itu pasti datang.
Namun, jangan biarkan kecewa itu
berakar terlalu dalam. Ingatlah: kamu gagal bukan karena kamu tidak cukup
hebat. Tapi karena Tuhan sedang mengarahkanmu ke waktu yang lebih tepat, atau
jalan yang lebih baik.
Kegagalan hari ini bukanlah
akhir. Justru, ini adalah bagian dari proses panjang untuk menjadikanmu pribadi
yang lebih kuat, lebih tahan banting, dan lebih matang. Jangan buru-buru
menyalahkan dirimu. Jangan pula membandingkan langkahmu dengan orang lain yang
mungkin hari ini sedang merayakan kelulusan.
Sebaliknya, berilah ruang untuk
merenung. Bertanyalah:
Apa yang sudah kulakukan dengan baik? Apa yang bisa kuperbaiki untuk percobaan
berikutnya? Apa yang sesungguhnya ingin kutuju dalam hidup ini, dan bagaimana
caranya sampai ke sana, entah dengan LPDP atau bukan?
Banyak dari mereka yang hari ini
sukses, dulu pernah gagal. Ada yang ditolak dua kali, tiga kali, bahkan lebih,
sebelum akhirnya diterima. Ada pula yang kemudian menemukan jalan hidup
lain—melanjutkan studi lewat beasiswa lain, bekerja di organisasi internasional,
membangun komunitas, menjadi dosen, penulis, pebisnis, atau aktivis sosial—dan
pada akhirnya berterima kasih kepada kegagalannya, karena dari sanalah mereka
menemukan panggilan sejati.
Kamu bisa seperti itu juga.
Jika kamu ingin mencoba lagi
tahun depan, persiapkan dirimu dari sekarang. Bangun narasi hidupmu dengan
lebih utuh. Perkuat kontribusi sosialmu. Latih kemampuan bahasa Inggris,
akademik, maupun soft skill-mu. Tapi jika kamu memilih jalan yang berbeda, yakini
bahwa itu juga bukan jalan yang lebih rendah—hanya berbeda, dan bisa jadi lebih
sesuai.
Sukses itu tidak hanya punya satu
pintu. Kadang, ketika satu pintu tertutup, jendela terbuka. Kadang pula, kita
harus berjalan sedikit memutar agar bisa sampai pada tujuan yang sama dengan
cara yang lebih indah.
Hari ini mungkin bukan harimu.
Tapi bukan berarti kamu tidak akan punya hari besar di masa depan.
Jadi, izinkan dirimu
bersedih—tapi hanya sebentar. Lalu bangkitlah. Dunia masih luas. Jalan masih
panjang. Mimpimu masih menunggu untuk diwujudkan.
Dan percayalah:
Tuhan tidak pernah salah merencanakan masa depan orang yang
bersungguh-sungguh.
0 Response to "LPDP Tak Memilihmu? Mungkin Tuhan Sedang Menempamu"
Post a Comment