Pengantar Ilmu Ikhlas | Paradigma Bintang

Pengantar Ilmu Ikhlas

Mungkin redaksi ilmu ikhlas terkesan aneh dan janggal, karena sampai saat ini secara akademis, belum ada rumpun ilmu bernama ilmu ikhlas. Memang benar demikian, namun bagi saya menjadi pribadi ikhlas haruslah ada pijakannya, sama seperti orang ingin menjadi pengemudi mobil, sebelum dia lancar mengemudi,  ia mesti menguasai ilmu mengendarai terlebih dahulu. Benar begitu kan? Menjadi manusia bermental ikhlas sejatinya harus memiliki dasar ilmu ikhlas sebagai landasan ia beramal. Ikhlas kata yang sederhana, mudah diucapkan, namun sulit diwujudkan. Hanya Tuhan, malaikat dan manusia sendiri yang tahu sejauh mana ia ikhlas. Ikhlas secara arti kata berarti murni, bukan kuningan atau lainnya.

Ibarat perhiasan emas yang asli, tidak bodong dan campuran, tentu nilainya sangat luar biasa. Begitupun ikhlas, ia benar-benar murni, bebas dari bahan campuran dan partikel apapun. Bagi yang kritis tentu akan bertanya murni apanya? murni di sini yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dilakukan harus murni dari segala kepentingan duniawi, dan segalanya murni untuk kepentingan Tuhan alias kepentingan akhirat. Ikhlas selain bermakna murni juga bisa diartikan tulus, dan segalanya harus dimaksudkan tulus untuk-Nya. Manusia tulus dan tidak tulus sungguh sangat berbeda, bisa dirasakan dan dilihat. Pribadi tulus biasanya terlihat lepas, santai, apa adanya, tanpa tekanan, dan nothing to lose. Sebaliknya, manusia tidak tulus, akan terlihat tidak lepas, seperti ada beban, sibuk memikirkan pamrih dari apa yang diberikan, dan selalu mencari modus operandi.

Ciri orang ikhlas juga bisa dilihat dari sikapnya yang tidak mau mengungkit-ngungkit kebaikan dan kebajikan yang pernah ia lakukan, ia lupa dengan kebajikan yang ia tabur, sehingga ia tidak mengharapkan apa-apa kecuali ridha dan kasih sayang Tuhan. Filosofi orang ikhlas itu menurut saya seperti orang yang membuang hajat yang tidak mungkin mencarinya lagi di septic tank, ia segera lupa dan tidak peduli lagi dengan hajat yang sudah ia buang. Bagaimana praktiknya? Ia berbuat, ia memberi, ia berderma dan ia beramal apapun hanya diniatkan untuk sebesar-besarnya kepentingan ilahi, ia segera melupakannya, tidak mengungkit kabaikan yang sudah diperbuat dan hanya mengharap balasan dari ilahi. 

Dari pengalaman hidup saya bersama manusia-manusia sekitar dengan segala latar belakang dan ragam karakternya, ternyata ada manusia yang bertipe ia memberi sesuatu tapi mengharapkan sesuatu dari yang ia beri, ia mengincar sesuatu dari apa yang ia lakukan, meskipun di awal terlihat tidak ada yang aneh, ternyata Tuhan Maha Tahu, pada akhirnya modus terselubungnya dibuka Tuhan sehingga topeng asli manusia tersebut terkuak juga. Bukan reward ilahi yang ia dapat melainkan kesia-sian belaka, bahkan reputasinya ternoda. Contoh nyata yang diperlihatkan Tuhan adalah terkuaknya kasus minta saham yang melibatkan orang yang memiliki segudang kepentingan dengan berlindung di balik nama besar rakyat. Maha Besar Tuhan, orang yang tulus dan tidak tulus ia perlihatkan ke permukaan. pertanyaannya sekarang, maukah kita menjadi manusia tulus, pengabdi dan berdedikasi murni?

0 Response to "Pengantar Ilmu Ikhlas"

Post a Comment