Kembalinya Donald Trump ke panggung politik dalam kapasitas
sebagai Presiden Amerika Serikat untuk periode kedua memunculkan kembali
berbagai kebijakan kontroversial yang pernah, dan mungkin akan kembali,
mengguncang tatanan internasional maupun domestik. Beberapa rencana dan
tindakan yang mencerminkan arah ekstrem pemerintahannya antara lain:
- Ambisi
Mencaplok Greenland
Trump pernah secara terbuka mengungkapkan keinginannya untuk membeli Greenland dari Denmark—sebuah wilayah yang secara strategis penting karena posisinya di Arktik. Meskipun ditanggapi dengan penolakan dan bahkan dianggap tidak masuk akal oleh pemerintah Denmark, gagasan ini mencerminkan pendekatan agresif dalam ekspansi geopolitik. - Upaya
Mengambil Alih Terusan Panama
Terusan Panama merupakan jalur perdagangan vital dunia. Isu tentang keinginan Trump untuk mengambil alih kendali penuh atas terusan ini menimbulkan kekhawatiran akan kebangkitan neo-imperialisme Amerika Serikat dan potensi destabilisasi kawasan Amerika Latin. - Gagasan
Mengosongkan Gaza dan Menjadikannya 'Riviera Baru'
Salah satu rencana paling kontroversial yang dikaitkan dengan Trump dan para penasihatnya adalah ide untuk memindahkan penduduk Palestina dari Gaza dan menjadikan wilayah itu sebagai kawasan wisata elite bagi dunia Barat. Gagasan ini bukan hanya mencederai hak asasi manusia, tetapi juga mengabaikan realitas politik dan sejarah yang kompleks di Timur Tengah. - Perang
Tarif dan Ketegangan Perdagangan Global
Trump dikenal dengan kebijakan proteksionisnya, termasuk memulai perang tarif dengan Tiongkok dan negara-negara lain. Langkah-langkah ini memperkeruh situasi ekonomi global dan memicu kekhawatiran akan resesi dunia. - Pembubaran
Departemen Pendidikan Federal
Dalam rangka mengecilkan peran pemerintah pusat, Trump mempertimbangkan untuk membubarkan Departemen Pendidikan AS. Ia beralasan bahwa pendidikan seharusnya dikendalikan secara lokal oleh negara bagian. Namun, langkah ini dikhawatirkan akan memperlebar kesenjangan pendidikan antarwilayah dan melemahkan standar nasional. - Reformasi
Birokrasi Secara Ekstrem
Trump juga berambisi untuk merombak birokrasi federal dengan membubarkan sejumlah lembaga dan memecat ribuan pegawai negeri sipil. Hal ini dianggap sebagai bentuk “pembersihan politik” yang berpotensi menghancurkan institusi pemerintahan yang netral dan profesional. - Penarikan
Diri dari WHO
Selama masa jabatannya, Trump menarik Amerika Serikat keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan dalih bahwa organisasi tersebut terlalu dekat dengan Tiongkok. Langkah ini dianggap melemahkan solidaritas global dalam menghadapi pandemi dan krisis kesehatan internasional.
Implikasi dan Ancaman Global
Rangkaian kebijakan dan gagasan yang diusung oleh Trump
bukan sekadar provokatif, tetapi membawa implikasi luas terhadap tatanan global
dan nilai-nilai demokrasi. Kebijakan luar negeri yang berorientasi sepihak,
pendekatan transaksional terhadap diplomasi, serta pengabaian terhadap kerja
sama multilateral berpotensi menjerumuskan dunia ke dalam ketegangan geopolitik
baru yang tidak kalah berbahaya dibanding era Perang Dingin.
Kebijakan dalam negeri yang berfokus pada pembongkaran
birokrasi dan lembaga negara juga menunjukkan gejala otoritarianisme
terselubung. Dalam retorikanya, Trump sering menggunakan isu nasionalisme dan
kedaulatan negara sebagai dalih untuk melemahkan institusi-institusi demokratis
yang selama ini menjadi penyangga stabilitas dan akuntabilitas pemerintahan.
Trumpisme Sebagai Ideologi
Yang lebih mengkhawatirkan, kepemimpinan Trump bukan lagi
sekadar tentang seorang individu, tetapi telah menjelma menjadi sebuah
ideologi: Trumpisme. Sebuah pandangan dunia yang mengedepankan dominasi
kekuatan, penolakan terhadap keberagaman, dan sinisme terhadap ilmu pengetahuan
serta kerja sama internasional. Selama ideologi ini hidup dan mendapatkan
dukungan luas, risiko akan kembalinya kebijakan-kebijakan ekstrem tetap terbuka
lebar.
Penutup: Dunia Harus Waspada
Dunia tak bisa lagi memandang enteng kembalinya Trump ke
panggung kekuasaan. Kombinasi antara populisme, kekuasaan absolut, dan
pengabaian terhadap tatanan global yang telah dibangun selama puluhan tahun
menjadikan Trump 2.0 sebagai ancaman nyata—bukan hanya bagi rakyat Amerika,
tetapi juga bagi stabilitas dan kemanusiaan global.
Kini saatnya bagi masyarakat internasional untuk lebih waspada dan bersatu menjaga nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan kerja sama multilateral dari ancaman pemimpin yang menjadikan kekacauan sebagai strategi politik.
0 Response to "Trump 2.0: Ancaman Baru bagi Dunia Lama"
Post a Comment