Secara hitung-hitungan politik,
berdasarkan data riset politik terbaru yang dirilis lembaga survei Indikator
Politik Indonesia pada 26 Oktober 2023, publik dapat mengetahui peta kekuatan
dan peluang keterpilihan tiga bakal capres-cawapres yang telah mendaftarkan
diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dari data survei yang dilakukan Indikator
(16-20 Oktober 2023) atau setelah MK resmi mengeluarkan putusan atas bolehnya
seorang warga negara belum berusia 40 tahun sepanjang berpengalaman pernah atau
sedang menjadi pejabat publik yang dipilih melalui pemilu mendaftar sebagai
bacapres atau bacawapres pada Pilpres 2024, tampak pasangan Prabowo-Gibran
memperoleh elektabilitas 36,1 persen mengungguli pasangan Ganjar-Mahfud dengan
elektabilitas 33,7 persen dan mengungguli pasangan Anies-Muhaimin dengan
elektabilitas 23,7 persen.
Sumber gambar: Herman Zakharia/liputan6.com |
Selain itu, masih berdasarkan data
riset Indikator, jika Pilpres 2024 berlangsung dua putaran yang membuat
terjadinya kondisi head to head alias saling tarung elektabiltas satu
lawan satu, maka jika Prabowo Subianto dihadapkan dengan Ganjar Pranowo, hasilnya
50,8 persen untuk Prabowo dan 37,3 persen untuk Ganjar. Adapun jika Prabowo dihadapkan
dengan Anies Baswedan, hasilnya lebih jauh lagi, yaitu 54,9 persen untuk Prabbowo
dan 31,7 persen untuk Anies. Sedangkan jika Ganjar dihadapkan dengan Anies,
maka hasilnya 48,4 persen untuk Ganjar dan 37,3 persen utnuk Anies. Prabowo
sungguh-sungguh unggul jauh baik atas Ganjar maupun Anies.
Data di atas juga menunjukkan
secara ilmiah bahwa Prabowo-Gibran diprediksi unggul atas dua pasangan lain dan
kemungkinan besar menjadi pemenang Pilpres 2024 berdasarkan hitung-hitungan survei
politik. Keunggulan Prabowo atas Ganjar dan Anies dapat dipahami bahwa hal tersebut
terjadi karena buah dari investasi politik yang telah Prabowo lakukan dalam dunia
perpolitikan Indonesia. Semenjak Pemilu 2009, Prabowo mulai melakukan investasi
politik dengan mengikutsertakan partai politik Gerakan Indonsia Raya (Gerindra)
yang didirikannya sebagai kontestan pemilu 2009 dan ia juga menjadi bakal calon
wakil presiden mendampingi Megawati Sukarnoputri. Meski pada akhirnya kalah, namun
inilah investasi politik pertama Prabowo.
Wajah dan namanya terpampang
dalam surat suara Pilpres 2009. Publik menjadi tahu siapa Prabowo, kiprah dan
visi misinya untuk Indonesia. Kalah dalam Pilpres 2009, tak membuat Prabowo ciut,
pada Pilpres 2014, ia Kembali maju, kali ini sebagai calon presiden berpasangan
dengan Hatta Rajasa. Hasilnya, pasangan Prabowo-Hatta kalah atas pasangan
Jokowi-Jusuf Kalla. Kalah lagi di Pilpres 2014 tak lantas menjadikan Prabowo
kapok, ia maju lagi di Pilpres 2019. Prabowo berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Namun, lagi-lagi, Prabowo takluk lagi atas pasangan Jokowi-Ma`ruf Amin.
Kegagalan-kegalan tersebut tak lantas
membuat Prabowo jera, pada Pilpres 2024, ia maju lagi berpasangan dengan Gibran,
anak dari mantan rival yang telah dua kali mengalahkannya. Berbekal sederet
kekalahan pahit sebelumnya dan belajar dari Jokowi yang kini menjadi mentor
politiknya, kini Prabowo diprediksi menjadi pemenang Pilpres 2024 serta presiden
Indonesia selanjutnya.
Penulis berkeyakinan, temuan
ilmiah yang dirilis lembaga riset politik bahwa Prabowo akan memenangi Pilpres
2024 inilah yang membuat Prabowo, Jokowi dan Gibran berkeyakinan untuk
beraliansi meski sebelumnya mereka berlawanan. Bahwa hitung-hitungan peluang
kalah dan menang dibaca betul oleh Jokowi, Gibran dan Prabowo. Dengan demikian,
menjadi sangat logis, jika kemudian Jokowi yang memang selalui mengikuti
perkembangan data survei, percaya dengan temuan lembaga survei pada akhinya merestui
pilihan politik Gibran yang mantap menerima pinangan politik Prabowo menjadi
bacawapresnya pada Pilpres 2024.
Lantas bagaimana dengan Anies dan
Ganjar? Secara data statistik, mereka memang diprediksi kalah atas Prabowo. Mengapa
bisa diprediksi kalah? Hemat penulis, jawabannya karena salah satu faktornya, investasi
politik Anies dan Ganjar tidak sebanyak Prabowo. Apalagi dalam konteks perpolitkan
nasional, Pilpres 2024 adalah pengalaman pertama Anies dan Ganjar.
Jadi, ibarat pertandingan tinju kelas
berat, Prabowo yang sudah berpengalaman tiga kali kalah akan berhadapan dengan
lawan yang baru pertama kali akan berlaga di kelas berat. Maka prediksi
hasilnya, berbekal pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan perbaikan atas
kekurangan dan kelemahan diri, Prabowo diprediksi akan dengan mudah mengalahkan
lawan-lawannya yang masih nihil pengalaman. Survei terkini setidaknya telah
membuktikan narasi tersebut.
Mau bagaimanapun, publik lebih
dulu kenal Prabowo daripada Anies dan Ganjar sehingga tidak mengherankan jika pada
kesempatan keempatnya mengikuti kontestasi pemilu presiden (Pilpres 2024), Prabowo
diprediksi unggul dengan angka keterpilihan dua digit di atas Anies dan Ganjar.
Ini semua adalah buah dari investasi politik yang telah ditanam Prabowo satu
dekade lebih sebelumnya serta juga merupakan buah dari kerja-kerja politik canggih
yang telah ia lakukan bersama timnya beberapa waktu terakhir.
Memang masih tersisa waktu empat bulan lagi hingga hari H pencoblosan (14 Februari 2024) tiba bagi pasangan Ganjar-Mahfud atau pasangan Anies-Muhaimin untuk melakukan kampanye, pendekatan, dan kerja keras politik guna membalikkan keadaan, mengejar Prabowo-Gibran yang memiliki dukungan politik super kuat mengingat pasangan ini didukung oleh 9 partai politik (Gerindra, Golkar, PPAN, Demokrat, PBB, Gelora, PSI, Garuda, Prima) plus relawan-relawan yang loyal dan fanatik dengan Jokowi. Namun, sekali lagi, beradasarkan temuan dari lembaga survei yang kredibel, sepertinya agak berat bagi Ganjar dan Anies mengejar Prabowo. Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik, semoga data survei menjadi pembakar semangat pasangan Ganjar-Mahfud dan pasangan Anies-Muhaimin untuk mengalahkan pasangan Prabowo-Gibran. Waktulah yang akan membuktikan segalanya.
0 Response to "Antara Jokowi, Prabowo, Gibran dan Temuan Lembaga Survei"
Post a Comment