Story of Mine: Asyiknya Tamasya ke Kota Bogor dengan KAI Commuter | Paradigma Bintang

Story of Mine: Asyiknya Tamasya ke Kota Bogor dengan KAI Commuter

Jauh sebelum Jakarta menghadapi darurat polusi udara dewasa ini, saya selaku manusia urban yang pernah hidup di Jakarta memiliki cerita tersendiri tentang bagaimana pengalaman saya menggunakan moda transportasi KAI Commuter. Jadi, selama di Jakarta, ke manapun saya pergi, baik rute perjalanannya jauh, dekat, atau sedang saya selalu menggunakan commuter sebagai kendaraan favorit saya di samping transportasi massal lain seperti mass rapid transit (MRT) dan sebagainya. Berbekal kartu multitrip yang bisa diisi saldo uang elektronik di mana pun, ke mana pun saya hendak pergi saya selalu bawa kartu tersebut termasuk saat ke stasiun commuter. Hal ini tentu untuk menikmati akses perjalanan commuter yang murah, cepat, antiribet, aman, bersih, dan nyaman.

Story of Mine: Asyiknya Tamasya ke Kota Bogor dengan KAI Commuter
Sumber gambar: kompas.com

Saya memiliki pengalaman tak terlupakan saat memutuskan melakukan tamasya ke Kota Bogor, Jawa Barat menggunakan commuter beberapa tahun lalu. Jadi, sebulan (Februari 2020) menjelang pandemi Covid-19 melanda Indonesia, saya sudah menyusun jadwal untuk melakukan travelling ke Kota Bogor dengan agenda berkunjung ke Museum Kepresidenan Balai Kirti, Museum PETA, dan Istana Bogor.

Jadi, tepat di hari weekend, memanfaatkan hari libur kerja, saya mantap keluar kamar kos untuk mengeksekusi rencana lama yang sempat tertunda. Hari itu, saya sangat bersemangat bepergian ke Kota Bogor. Lalu naiknya pakai moda transportasi apa? Pastinya naik commuter dong. Jadi, dari kos saya jalan kaki menuju halte Transjakarta terdekat lalu naik bus Transjakarta menuju Stasiun Manggarai, dari Stasiun Manggarai saya naik commuter dengan tujuan akhir Stasiun Bogor.

Sepanjang perjalanan menaiki commuter, dari awal memasuki Stasiun Manggarai, saya sangat merasakan sensasi perjalanan yang menggembirakan. Kondisi stasiun bersih, pelayanan para petugas stasiun sangat profesional, dan saat di dalam commuter, saya menikmati suasana commuter yang sejuk, asri, dan saya juga berjumpa dengan petugas commuter yang ramah, responsif, dan bersahabat.

Perjalanan saya menggunakan commuter dari Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan menuju Kota Bogor hari itu memakan waktu 52 menit alias hampir satu jam-an. Di sepanjang jalan, saya menikmati betul bagaimana asyiknya pemandangan sekitar, bagaimana nyamannya suasana dalam commuter, tidak ada pedagang asongan, tidak ada copet meski harus selalu esktra waspada dan hati-hati mengingat kejahatan terjadi karena adanya kesempatan. Dan pastinya, di dalam commuter dilengkapi dengan kamera CCTV sehingga segala sesuatu yang terjadi di gerbong commuter terekam dengan pasti.

Kebetulan saat itu, saya menyaksikan ada penumpang penyandang disabilitas, ibu hamil, dan penumpang lanjut usia di dalam gerbong commuter. Melihat para penumpang prioritas tersebut, maka dengan sigap petugas commuter membantu mencarikan tempat duduk bagi mereka. Saya juga melihat secara saksama bahwa sudah terbangun kesadaran secara mandiri bagi penumpang commuter untuk mau mengalah memberikan tempat duduk kepada penumpang yang membutuhkan layanan prioritas. 

Jika keadaan commuter sedang padat dan ada penumpang commuter yang membutuhkan layanan prioritas, penumpang normal tanpa hambatan dengan sukarela akan berdiri dan mempersilahkan penumpang priorritas untuk menempati tempat duduknya. Jadi, bagi lansia, perempuan hamil, penumpang dengan disabilitas, dan sebagainya tidak perlu gusar saat menaiki commuter karena di dalam commuter akan ada petugas dan penumpang commuter yang berhati baik untuk memberikan jalan keluarnya. Inilah wujud sejati pengamalan sila kemanusiaan yang adil dan beradab di dalam commuter.

Pengalaman unik saya menaiki commuter tidak berhenti sampai di sini. Saat commuter memasuki Stasiun akhir Bogor, saya memutuskan untuk bersantai sejenak di stasiun untuk sekadar melihat suasana sekitar seperti apa. Ternyata Stasiun Bogor cukup luas serta dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung seperti kafetaria, minimarket, mesin ATM, toilet, musola. Sambil lalu saya melihat-lihat peta perjalanan di telepon pintar, ini untuk memutuskan kira-kira untuk menuju tempat tujuan saya berikutnya, baiknya menaiki ojek online atau cukup berjalan kaki. Setelah saya lihat jarak perjalanan menuju Museum Kepresidenan Balai Kirti yang ternyata sekitar 1,4 kilo, saya putuskan untuk memesan ojek online. Saya kemudian pesan ojek online menuju Museum Kepresidenan. Sekitar 10 menit kemudian, saya tiba dengan selamat di Museum Kepresidenan.

Saya kemudian memasuki kompleks Museum Kepresidenanan Balai Kirti yang berada di Kompleks Istana Bogor dengan mematuhi protokol peraturan yang berlaku seperti menunjukkan surat konfirmasi penerimaan kunjungan dari pihak museum serta menyerahkan kartu identitas untuk ditukar dengan kartu kunjungan. Saya lalu dipersilakan memasuki ruangan museum. Di dalam museum ternyata saya disambut dengan hangat oleh pemandu muesum profesional yang bertugas menjelaskan isi dan maksud dari hal-hal yang ada di dalam museum. Ada enam ruang kepresidenan beserta hal-hal unik dari enam presiden Indonesia yang sudah purna tugas yang dapat saya eksplor di Museum Kepresidenan.

Saya memerhatikan satu per satu peningggalan atau hal-hal unik berupa audio visual tokoh terkait, benda yang pernah dipakai dari masing-masing mantan presiden Indonesia yang ada di museum. Dimulai dari Presiden Sukarno, Presiden Suharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurahman Wahid, Presiden Megawati, dan diakhiri dengan Presiden SBY. Selain itu, di museum kepresidenan ada juga patung enam mantan presiden RI. Saya pun berswafoto dengan latar belakang patung mereka.

Setelah puas dengan kegiatan eksplorasi Museum Kepresidanan, saya memutuskan untuk keluar museum dan menuju masjid kepresidenan yang ada di sekitar museum guna melaksanakan salat zuhur. Setelahnya saya menuju halaman Istana Bogor untuk bersantai dan melihat pemandangan rusa-rusa istana yang sedang bermain dan menghampiri para pengunjung. Setelah itu, saya menuju Museum Pembela Tanah Air (PETA) untuk merasakan sensasi perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah Jepang. Di dalam Museum PETA ada diorama yang menggambarkan bagaimana para prajurit pembela tanah air berjuang dan bertempur.

Jalan-jalan hari itu berakhir di Museum PETA.  Setelahnya, saya memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta menggunakan commuter lagi. Maka saya pun segera bergegas menuju Stasiun Bogor. Kali ini saya menggunakan angkot dari Museum PETA menuju Stasiun Bogor. Beberapa menit kemudian, saya tiba di Stasiun Bogor untuk segera pulang ke Jakarta. Sama seperti pengalaman saat akan berangkat menuju Kota Bogor dari Stasiun Manggarai, saya merasakan perjalanan pulang dengan commuter tidak kalah asyiknya. Sepanjang perjalanan menaiki commuter dari Bogor menuju Jakarta sangat mengesankan. Perjalanan aman, murah, cepat, tidak ribet, dan pastinya nyaman. 52 menit kemudian saya sampai kembali di Stasiun Manggarai dengan selamat dan perasaan puas karena telah menunaikan rencana jalan-jalan secara paripurna. Misi jalan-jalan hari itu rupanya berjalan lancar dan impresif, salah satu rahasia besarnya berkat keandalan moda transportasi commuter yang mengantarkan saya menuju tempat tujuan. Terima kasih KAI Commuter!

Artikel ini awalnya ditulis untuk diikutsertakan dalam lomba blog yang diadakan KAI Commuter, namun, belakangan ternyata batal dilombakan.

1 Response to "Story of Mine: Asyiknya Tamasya ke Kota Bogor dengan KAI Commuter"

  1. Sulit menemukan konten seperti ini. Harus Diapresiasi dengan komentar.
    Salam Persahabatan dari IDProperti.com - Pasang Iklan Jual Sewa Properti Apartemen Rumah Ruko Gudang Tanah

    ReplyDelete