Litbang Kompas pada 21
Agustus 2023 merilis hasil survei independen mereka terkait dinamika
elektabilitas bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden yang
berpotensi maju dalam Pilpres 2024. Survei yang digelar mulai 27 Juli-7 Agustus
2023 ini mengungkap temuan penting tentang peta persaingan elektoral para
bacapres-bacawapres yang kian ketat dan dinamis. Dari bacapres, data Litbang
Kompas dengan simulasi pilihan bebas merilis fakta bahwa elektabilitas bacapres
Ganjar Pranowo yang didukung oleh PDI-P, PPP, Perindo, dan Hanura adalah 24,9 persen,
unggul sangat tipis atas Prabowo Subianto yang memiliki elektabilitas 24,6
persen, serta disusul oleh Anies Baswedan di posisi ketiga dengan elektabilitas
12,7 persen. Adapun dalam simulasi tiga nama, Ganjar masih unggul dengan
elektabilitas 34,1 persen disusul Prabowo 31,3 persen, dan Anies sebesar 19,2
persen.
Sumber gambar: kompas.com |
Angka-angka ini menunjukkan bahwa
kemungkinan tidak ada bacapres yang dominan dan dapat memenangkan pertarungan
Pilpres 2024 dalam satu putaran sehingga hanya ada dua bacapres dengan suara
terbanyak pada putaran pertama yang berhak lolos ke putaran kedua. Berdasarkan data, dua bacapres yang berpeluang
maju ke putaran kedua Pilpres 2024 adalah Ganjar dan Prabowo. Namun demikian,
temuan Litbang Kompas tidak berhenti sampai di sini, yang mengejutkan ternyata
hasil elektabilitas bacapres berbeda jika disimulasikan secara head to head
alias satu lawan satu. Data Litbang Kompas menemukan fakta bahwa jika
Ganjar head to head dengan Prabowo maka hasilnya elektabilitas Ganjar 47,1
persen dan elektabilitas Prabowo 52,9 persen. Pun jika Prabowo head to head
dengan Anies maka hasilnya elektabilitas Prabowo 65,2 persen dan elektabilitas
Anies 34,8 persen. Ganjar hanya unggul atas Anies jika kedua alumnus UGM tersebut
saling head to head, yaitu elektabilitas Ganjar 60,1 persen dan
elektabilitas Anies 39,9 persen. Ini artinya, pemenang Pilpres 2024 berpotensi
diraih Prabowo karena selalu konsistensi unggul signifikan baik atas Ganjar
maupun atas Anies jika masing-masing mereka disimulasikan secara face to
face.
Angka-angka temuan Litbang Kompas
ini tentu merupakan paradoks politik yang perlu disikapi secara serius bagi
Ganjar, partai pengusung, dan timnya. Bahwa keunggulan Ganjar atas Prabowo
seperti semu belaka karena pada akhirnya Ganjar akan kalah juga dari Prabowo. Hemat
penulis ini sebuah anomali yang mulai disikapi secara taktis oleh PDI-P sebagai
partai utama pengusung Ganjar. Wujudnya, Gibran dan Bobby Nasution yang merupakan
anak dan menantu Presiden Jokowi sudah bergerak nyata untuk menjalankan
instruksi kampanye pemenangan Ganjar, Puan Maharani dan bahkan Ganjar sendiri
gencar melakukan komunikasi politik dengan ketua-ketua umum partai politik
untuk membuka kemungkinan mereka mendukung Ganjar.
Aksi-aksi yang mereka lakukan
sudah tepat untuk menggenjot elektabilitas Ganjar dan akan lebih tepat jika Ganjar
mulai agresif dan berani menyampaikan gagasan politiknya mengapa ia layak
dipilih menjadi Presiden kedelapan Republik Indonesia. Anies Baswedan saja
sudah terang-terangan berani memasuki kandang utama Ganjar, mengkritisi
kemiskinan di Jateng, dan optimis akan memenangkan suara dukungan rakyat Jawa
Tengah. 5 September 2023 akan menjadi hari terakhir Ganjar bertugas sebagai
Gubernur Jawa Tengah. Setelahnya akan menjadi hari-hari bebas bagi Ganjar untuk
terus membangun elektabilitas, melakukan konsolidasi dukungan, memperkenalkan
gagasan-gagasan segar untuk kemajuan Indonesia dan memastikan bahwa dalam simulasi
Pilpres 2024 baik satu putaran atau dua putaran, bahwa dihadapkan dengan
Prabowo atau Anies secara satu lawan satu Ganjar bisa unggul signifikan tidak
saja hanya jika dihadapkan dalam simulasi tiga nama bacapres. Semoga!
0 Response to " Paradoks Keunggulan Ganjar atas Prabowo"
Post a Comment