Impaksi Gigi dan Tindakan Operasinya | Paradigma Bintang

Impaksi Gigi dan Tindakan Operasinya

Anda pernah sakit gigi? Kalau pernah, kira-kira bagaimana rasanya? Sakit, nyilu, nyeri, cenat-cenut dan sebagainya kan. Sakit gigi disebabkan banyak hal, mulai dari gigi berlubang, gigi berkuman, gigi retak, gigi patah hingga gigi terimpaksi (impacted teeth). Saya punya cerita tentang yang terakhir, yaitu ihwal impaksi gigi. Saya pernah mengalaminya. Tahukah anda apa itu impaksi gigi? Impacted teeth adalah suatu kondisi di mana gigi dalam kondisi miring, biasanya ada dalam barisan samping, baik kanan ataupun kiri mulut. Biasanya juga ada di area dalam-belakang mulut. Kenapa miring? Menurut drg Sianti Widjaja, Dokter Gigi di Poli Gigi dan Mulut RSUD DR. Slamet Martodirjo Pamekasan gigi miring karena kemungkinannya rongga rahang kecil sehingga pertumbuhan gigi kurang maksimal. Lantas, apa kerugian dan dampak negatif yang ditimbulkan dari impaksi gigi? Menurut drg Sianti, dampaknya adalah dalam jangka lama gigi bisa menimbulkan rasa sakit karena ketidaksempurnaan gigi dalam menguyah makanan yang masuk. Gigi seperti ada yang berlubang, padahal itu karena gigi terimpaksi alias gigi tidak tumbuh sempurna. Jika impaksi gigi dibiarkan bisa berakibat pada saraf, kata dokter gigi senior yang juga membuka praktek di rumah pribadinya di Jl. Trunojoyo Pamekasan ini. Jadi baiknya bagaimana? Pengalaman saya mengalami impaksi gigi, dokter menyarankan agar diangkat alias dioperasi karena impacted teeth pada hakekatnya sudah mengalami disfungsi alias tidak bisa berfungsi secara baik dan maksimal. Lebih banyak ruginya dibanding untungnya. 

Impaksi Gigi
Foto ini diambil setelah check up terakhir pasca  operasi gigi 


Setelah berpikir dan mempertimbangkan, akhirnya berbekal rujukan dari Puskesmas saya memutuskan untuk melakukan operasi gigi pada hari Senin (17/07/17) di RSUD Pamekasan. Di rumah sakit kabupaten inilah saya pertama kalinya mengalami operasi gigi. Kali ini yang mengambil tindakan operasi adalah drg Sianti Widjaja, dokter gigi lulusan Universitas Moestopo Jakarta. Dokter yang sudah bergolongan kerja IVD ini dengan telaten dan perhatian mengoperasi bagian gigi saya yang bermasalah. Kebetulan gigi saya yang terimpaksi saat itu terletak di bagian kanan belakang. Dimulai dari penyuntikan obat bius di bagian gusi oleh asistennya (perawat), jeda sekitar 10 menitan, lalu dilanjutkan dengan operasi gigi. Sebelum saya lanjutkan tahukah anda rasanya gigi dioperasi? Sungguh! Di luar dugaan, rasanya operasi gigi itu luar biasa sakit. 

Meski sudah dibius ternyata gigi masih harus dipotong dengan cara dibor, setelah itu dipahat dengan palu khusus, lalu kalau sudah dianggap cukup longgar baru dicungkil dan dicabut oleh tang pencabut gigi. Saat gigi dibor rasanya geli-geli nyeri, saat gigi dipukul atau dipahat dengan palu ini sakitnya bukan main. Ibaratnya, seperti tembok mau dirobohkan dengan alat berat. Dan yang tidak kalah sakitnya adalah saat gigi dicabut, rasa sakitnya seperti kita tidak punya daya, gambaran kecil seperti nyawa yang hendak akan dicabut oleh Malaikat Maut. Sakit banget, serasa kiamat kecil. Pasca gigi diangkat darah dari gusi tempat gigi dicabut mengalir begitu derasnya. Karena itu, segera setelah dokter Sianti mengoperasi gigi, saya disuruh minum dan berkumur. Setelah itu, dokter menjahit bagian mulut saya yang giginya baru diangkat. Kemudian, tiga kasa putih yang sudah diperkecil dimasukkan di bekas posisi gigi saya yang telah dicabut. Saya disuruh menggigit keras kasa itu, ini untuk menghentikan darah mengucur dari bekas tempat gigi semula. Sungguh rasanya lemas, linglung, tidak bisa banyak bicara, mau bicarapun terbata-bata alias tidak jelas. 

Hari pertama pasca operasi masih terasa sakitnya, namun seiring dengan konsumsi obat lincomycin dan analsik yang diresepkan dokter hari kedua dan selanjutnya sudah lumayan. Dan di hari kelima saya mencoba kontrol ke poli gigi dan mulut. Hasilnya, menurut drg Sianti Widjaja perkembangan bekas operasi gigi saya bagus sehingga jahitan di mulut saya dibuka. Di check up terakhir ini, saya memberanikan diri meminta waktu kepada drg Sianti Widjaja untuk mewawancarai beliau ihwal impaksi gigi dan tindakan operasi yang telah saya alami. Di luar dugaan, beliau welcome dan bersedia saya wawancara, tulisan ini dibuat bersumberkan dari wawancara dengan beliau. Kesan saya drg Sianti orangnya ramah, asyik, dan dewasa. Menurut beliau, impaksi gigi yang saya alami tergolong ringan. Karenanya, proses operasi yang dilakukan tergolong cepat, hanya sekitar 15 menitan. Menurut pengakuannya juga, beliau pernah mengoperasi gigi pasien yang terimpaksi sampai tiga jam. Hal ini terjadi karena gigi yang yang terimpaksi kanan-kiri, dan harus juga mencabut gigi yang tidak terimpaksi akibat posisi gigi yang bermasalah cukup sulit. 



Selain itu, ada pesan beliau yang akan selalu saya ingat, untuk menjaga kesehatan gigi pasca operasi, harus rajin bersihkan gigi dan mulut minimal kumur-kumur setelah makan-minum sesuatu. Syukur-syukur bisa gosok gigi, akan semakin ideal. Wanita yang mulai berpraktek sebagai dokter gigi semenjak tahun 1985 ini juga menyarankan agar rutin periksa gigi minimal enam bulan sekali. Alasannya, untuk mengetahui perkembangan gigi serta untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kata beliau, juga untuk menumbuhkan rasa percaya diri, kalau ditemukan ada masalah semisal bau mulut bisa segera diobati sehingga bisa tampil PD katanya. Inilah cerita saya pernah mengalami operasi gigi, mau bagaimanapun tindakan operasi gigi ini harus diambil agar rasa sakit di mulut yang kadang sampai di ubun-ubun tidak berkepanjangan. Sakit memang, tapi selanjutnya mulut menjadi plong dan nyaman. 

2 Responses to "Impaksi Gigi dan Tindakan Operasinya"

  1. Ya allah kak aku juga mau operasi karna impaksi gigi tapi masih bingung juga takut sakit gmna ya??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pilihannya ada pada anda. Kalo sy pribadi lebih baik sakit sementara namun setelah itu enak, nyaman, dan bebas sakit daripada takut sakit, tidak berani mengambil sikap namun sakitnya berkepanjangan. Ayo mau pilih mana?

      Delete