Cerita PSP3 Membangun Budaya Membaca | Paradigma Bintang

Cerita PSP3 Membangun Budaya Membaca

Sebulan menjelang berakhir tugas sebagai Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (PSP3), sebuah misi kepemimpinan dan kepeloporan pemuda Kemenpora RI. Saya berinisiatif untuk meletakkan pondasi dasar hidup maju bagi murid-murid yang selama ini saya didik. Pondasi dasar itu berupa pentingnya membaca sebagai kunci membuka  segala pengetahuan. 25 Juli 2016 kemarin, saya luangkan waktu untuk blusukan, masuk ke ruang kelas sekolah dasar di desa saya bertugas untuk menularkan semangat membaca.

Membangun Budaya BacaHal ini saya lakukan juga dalam rangka mensosialisasikan Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti (PBP), salah satu isinya kewajiban murid untuk membaca bahan bacaan selain pelajaran sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Ternyata, setelah saya tanya anak-anak, apakah pernah sebelumnya guru menyuruh mereka untuk membaca? Rupanya belum satu guru pun melakukan apa yang PSP3 lakukan. Mendengar jawaban mereka, saya pastikan untuk mengisi kelas dengan insipirasi pentingnya membaca disertai role play langsung.

Saya sampaikan bahwa membaca adalah jendela dunia, dengan membaca manusia dengan mudah bisa menjelajahi dunia tanpa harus berkeliling manual menjangkau dunia yang dimaksud. Membaca adalah sumber manusia bisa memasukkan input pengetahuan, informasi, wawasan, dengannya manusia bisa mengetahui masalah, memetakan persoalan dan mengambil solusi. 

Membaca membuat manusia semakin pandai, bijak, dan mengerti sehingga ia menjadi pribadi unggul dan maju dibandingkan dengan mereka yang tidak membaca. Tidak lupa saya sampaikan bahwa membaca adalab perintah pertama Tuhan kepada kekasih terbaiknya saat sedang memfokuskan diri ibadah di Gua Hira. Melalui perantara Malaikat Jibril, perintah membaca sampai pada baginda Nabi Muhammad sebagai instruksi awal Tuhan kepada beliau bukan yang lain. 

Selain disuruh membaca wahyu yang turun melalui Malaikat Jibri, saat itu Nabi jelas disuruh membaca lingkungan sekitar, kondisi masyarakat Arab yang rusak, semrawut karena masa itu adalah masa jahiliyah alias masa kebodohan. Akal sehat tidak dijadikan penuntun perihal baik-buruk, nafsu yang dikedepankan sehingga benar jadi salah dan salah menjadi benar. Membunuh, mencuri, mabuk, menyembah berhala merupakan kebiasaan yang umum terjadi pada masa jahiliyah. Begitulah latar belakang mengapa Nabi diperintah Iqra, membaca, membaca, tujuannya  agar tahu masalah dan setelahnya bisa memberikan jalan keluar berupa pencerahan yang menyelesaikan. Kalau Nabi saja disuruh membaca, bagaimana dengan kita yang serba bodoh dan penuh keterbatasan ini?  

Berangkat dari pijakan inilah saya yakinkan anak-anak bahwa membaca adalah sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi, semakin banyak membaca semakin terpenuhi kebutuhan otak. Jika kebutuhan otak sudah terpenuhi langkah menjadi manusia maju sudah di depan mata. Tidak puas memberikan pemahaman tentang pentingnya membaca, saya pun melakukan role play, setiap bangku yang berisi dua anak saya berikan satu lembar Koran Kompas. Semuanya saya beri waktu 15 menit untuk membaca koran yang sudah ada di hadapan mereka. Saya pun ikut medampingi mereka membaca.

Adalah suatu kebahagiaan menyaksikan mereka tampak antusias membaca bahan bacaan yang saya suguhkan, masing-masing mereka tergugah untuk membaca sesuatu yang tertulis dalam harian Kompas. Sengaja saya beri mereka bahan bacaan koran, agar mereka sadar bahwa bahan bacaan itu beragam, salah satunya surat kabar (koran). Juga agar mereka mengerti bahwa filosofi membaca koran adalah membaca kehidupan, karena di dalamnya terdapat peristiwa, kejadian, fakta yang nyata terjadi serta dituangkan dalam bentuk tulisan untuk dipahami, ditelaah dan disimpulkan. 

Keasyikan membaca ternyata waktu 15 menit yang saya berikan berlalu begitu cepat, saya pun meminta mereka untuk mengakhiri bacaan. Satu persatu saya tanya, bagaimana rasanya membaca? Apa yang mereka dapatkan dari koran yang baru saja dibaca? Jawaban mereka, membaca itu  ternyata asyik, kami baru saja membaca tentang inspirasi dari ruang kelas dan sebagainya. Di penghujung kelas inspirasi hari itu, saya sampaikan pada mereka, luangkan waktu dalam sehari minimal 15 menit untuk membaca agar otak senantiasa hangat dan update. Dengan begitu, gairah maju selalu terjaga. Inilah salah upaya yang bisa saya lakukan dalam rangka membangun budaya membaca anak-anak kampung agar mereka bisa menjadi manusia unggul.

0 Response to "Cerita PSP3 Membangun Budaya Membaca"

Post a Comment