Antara Kuda Troya, Prabowo, dan Pilpres 2024 | Paradigma Bintang

Antara Kuda Troya, Prabowo, dan Pilpres 2024

Dalam mitologi Yunani Kuno, ada satu kisah menarik tentang taktik kuda Troya yang pernah dipraktikkan kubu Yunani dalam memenangkan pertempuran sengit melawan kubu Troya. Kubu Yunani  memilih membuat kuda kayu raksasa dan menempatkannya di luar tembok Kota Troya. Setelah kuda raksasa berhasil dibuat, kubu Yunani menempatkan pasukan terpilih berada di dalam kuda dan memerintahkan mayoritas pasukan lain untuk pergi meninggalkan Troya.

Mereka hanya menyisakan satu orang biasa bersama kuda kayu tersebut. Alhasil, siasat ini berhasil memancing kubu Troya untuk mendekati kuda kayu buatan Yunani, mereka mengira kubu Yunani sudah bubar karena para pasukannya tidak tampak lagi. Para pasukan Troya lalu membawa masuk kuda buatan Yunani tersebut ke dalam Kota Troya.

Antara Kuda Troya, Prabowo, dan Pilpres 2024
Sumber gambar: nationalgeographic.id

Ketika sudah berada dalam area Kota Kroya, para pasukan terpilih yang ada di dalam kuda kemudian bereaksi. Persis saat penghuni dan pasukan Kota Troya terlelap, pasukan Yunani membuka gerbang Kota Troya agar para pasukan Yunani yang sebelumnya sengaja disuruh pergi untuk bersembunyi bisa memasuki Kota Troya. Mereka lalu menyerang dan memusnahkan kota tersebut.

Siasat pasukan Yunani dalam Perang Troya yang kemudian dikenal dengan taktik Kruda Troya ini sepertinya mirip dengan pertempuran Pilpres 2024. Salah satu kontestan Pilpres 2024, sebut saja Prabowo Subianto tampaknya terinspirasi dari Perang Troya. Dalam upaya memenangkan Pilpres 2024, ia menggunakan taktik ini yang diawali dengan kesediaan Prabowo diajak Jokowi masuk ke kabinet pemerintahannya. Setelah Prabowo berhasil masuk ke dalam benteng kekuasaan Jokowi yang di dalamnya ada PDI-P partai penguasa pemenang pemilu yang mengusung Jokowi karena Jokowi adalah kadernya, giliran Prabowo yang menggiring mantan rival berat (Jokowi) yang mengalahkannnya dua kali dalam pertempuran Pilpres 2024 dan Pilpres 2019 masuk ke dalam kubu Prabowo.

Setidaknya hal ini berhasil, Jokowi melalui anak kandungnya, Gibran kini resmi menjadi cawapres pendamping Prabowo. Aksi Prabowo ini, tak pelak membuat repot benteng pertahanan lawan Prabowo. PDI-P yang telah mengusung kader internalnya Ganjar Pranowo-Mahfud MD kini harus berbagi suara dengan Gibran yang sebelumnya merupakan kader PDI-P, namun, kini sudah berseberangan dan akan saling berlomba dalam misi pertempuran elektoral. Jokowi yang juga kader PDI-P pun kini terlihat menjaga jarak dengan PDI-P karena sudah pasti ia mendukung anak kandungnya.

Benteng pertahanan politik PDI-P kini dalam keadaan yang kurang ideal dengan adanya manuver Gibran dan Jokowi yang ternyata mereka lebih nyaman berpihak pada Prabowo daripada setia dengan garis instruksi partai yang mantap mengusung Ganjar-Mahfud. Dalam menghadapi kontestasi Pilpres 2024, PDI-P bisa diibaratkan seperti terbang dengan satu sayap karena Jokowi yang merupakan tokoh penting PDI-P, pendongkrak suara PDI-P dalam dua pemilu (2014, 2019)  kini sudah berada di luar garis komando PDI-P. Jokowi dalam Pilpres 2024 berada di barisan koalisi pendukung Prabowo-Gibran. Lebih lanjut, selain berhasil menggiring Jokowi masuk ke dalam kubu pendukungnya, taktik Kuda Troya ala Prabowo ini setidaknya ampuh menaikkan elektabilitas Prabowo yang berdasarkan hasil survei politik belakangan menunjukkan bahwa Prabowo mengungguli dua rival barunya (Anies dan Ganjar) di Pilpres 2024.

Menurut temuan beberapa lembaga survei, Prabowo diprediksi unggul signifikan atas Anies dan Ganjar, tinggal pembuktian dan verifikasinya saja dengan hasil konkret saat hari pencoblosan. Bagaimanapun, basis dukungan Jokowi yang sebelumnya merupakan lawan politik Prabowo meski tidak 100 persen beralih kepada Prabowo sudah pasti ia kantongi dan tentu hal tersebut berdampak besar terhadap raihan suara elektoral Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Setidaknya berdasarkan survei Litbang Kompas yang dirilis pada 11 Desember 2023, ada 39,8 persen persen pemilih Jokowi di Pilpres 2019 yang akan memilih Prabowo di Pilpres 2024. Angka ini meningkat signifikan dari hasil survei Litbang Kompas yang dirilis pada Agustus 2023 di mana pemilih Jokowi yang akan memilih Prabowo pada waktu itu hanya berada di angka 22,9 persen.

Sementara pada waktu yang bersamaan, masih berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, pemilih Jokowi yang akan memilih Ganjar turun drastis menjadi 27,4 persen dari yang sebelumnya 48,1 persen.  Selain itu, suara PDI-P di basis pemilih terbesarnya yang berada di Jawa Tengah kemungkinan besar juga bisa Prabowo rebut sehingga dapat menutupi kelemahan elektoral Prabowo di wilayah tersebut. Jika melihat hasil survei terbaru Litbang Kompas, elektabilitas Prabowo di Jawa Tengah berada di angka 29,6 persen, naik sangat siginifikan dari angka elektabilitas Prabowo sebelumnya yang hanya 19,6 persen. Sementara elektabilitas Ganjar di Jawa Tengah turun ke angka 31,6 persen dari yang sebelumnya 62,0 persen. Berdasarkan data ini, tidak mengejutkan jika secara nasional, dua bulan menjelang pemungutan suara, Litbang Kompas mengumumkan temuan mereka bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran berada di angka 39,3 unggul sangat jauh dari Anies-Muhaimin (16,7 persen) dan Ganjar-Mahfud (15,3 persen).

Raihan elektoral Prabowo yang terpotret dalam angka survei di atas tentu tidak dapat dilepaskan dari taktik Kuda Troya yang selama ini ia terapkan. Taktik tersebut sungguh-sungguh manjur dalam mendongkrak peluang elektoral Prabowo-Gibran. Dan puncaknya, pada 14 Februari 2024 publik akan melihat sendiri secara langsung apakah taktik ini benar-benar ampuh memenangkan Prabowo menjadi Presiden kedelapan Indonesia? Sangat menarik, mari kita tunggu hasil akhirnya.

0 Response to "Antara Kuda Troya, Prabowo, dan Pilpres 2024"

Post a Comment