Melihat Wajah Pendidikan Indonesia di Tangan Nadiem | Paradigma Bintang

Melihat Wajah Pendidikan Indonesia di Tangan Nadiem

Masih di bulan Mei yang pastinya masih sangat relevan untuk menuliskan sesuatu berkenaan dengan pendidikan Indonesia. Saya ingin menuliskan lahirnya sebuah harapan baru tentang masa depan pendidikan Indonesia. Hampir dua tahun Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan sekarang ditambah Riset, Teknologi (Kemendikbud Ristek) dipimpin oleh seorang anak muda visioner bernama Nadiem Anwar Makarim. Lantas apa kira-kira yang berubah dari dunia pendidikan Indonesia di bawah sentuhan tangan Nadiem? Harus jujur diakui, di bawah kepemimpinan Nadiem wajah pendidikan anak bangsa banyak mengalami transformasi positif yang layak didukung dan diapresiasi. Perubahannya sangat fundamental, utamanya berkaitan dengan gerak langkah kebijakan pendidikan Indonesia hingga yang paling praktis mulai berubahnya mindset dan karakter pelaku dan penerima manfaat pendidikan itu sendiri.

Kita mulai dari tataran kebijakan, saya harus angkat topi tinggi-tinggi kepada Nadiem yang berani merombak total kebijakan pendidikan Indonesia yang selama beberapa dekade hanya berkutat pada hal-hal prosedural, administratif, menghabiskan belanja anggaran untuk hal-hal yang tidak terukur dan berdampak signifikan terhadap membaiknya mutu pendidikan Indonesia di mata dunia. Nadiem berani mengambil risiko tidak disukai dengan menggebrak panggung pandidikan nasional melalui sederet kebijakan yang diambilnya. 

Berkaca pada data dari Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 yang mensurvei siswa-siswi dari 79 negara hasilnya menempatkan daya saing siswa Indonesia di pentas dunia berada di bawah rata-rata di mana dari tiga indikator (literasi, numerasi, dan sains) yang disurvei, siswa Indonesia menempati peringkat 72 dari 78 negara untuk hal literasi/membaca dengan skor 731, peringkat 72 dari 78 negara untuk numerasi/matematika dengan skor 379, peringkat 70 dari 78 negara untuk sains dengan skor 396. Nadiem merombak kebijakan pendidikan Indonesia bahwa ujian bukan lagi alat untuk memvonis kelulusan siswa melainkan sebagai alat untuk mengevaluasi sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan pendidik di sekolah efektif meningkatkan tiga hal mendasar (literasi, numerasi, sains) sebagaimana hasil survei PISA benar-benar dipahami, dikuasai  dan menjadi hal yang akrab dalam kehidupan sehari-hari anak. 

Imbasnya Ujian Nasional (UN) harus dihapuskan karena dianggap hanya menghabiskan anggaran negara tanpa target yang jelas. Selama beberapa waktu ke belakang, harus diakui UN memang tidak efektif memperbaiki mutu pendidikan Indonesia. Yang sesungguhnya terjadi malahan UN menjadi hal yang kontraproduktif, banyak anak dan orang tua yang stres, terjadi kebocoran kunci jawaban, mafia jual beli soal dan jawaban UN marak terjadi, dan pemborosan anggaran negara. Sebagai gantinya, kini siswa-siswi Indonesia diberikan solusi berupa asesmen nasional berupa Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang berpusat pada tiga kompetensi utama, membaca, berhitung, dan sains ditambah lagi dengan survei karakter pelajar Pancasila yang harus dimiliki oleh setiap anak bangsa. 

Ada enam karakter profil pelajar Pancasila yang harus dimiliki murid Indonesia, antara lain: Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Berkebinekaan Global, Bergotong Royong, Bernalar Kritis, Kreatif. Selain itu, otonomi guru sebagai pendidik yang mengetahui secara pasti bagaimana proses tumbuh kembang anak di kelas telah dikembalikan. Keberhasilan anak didik tidak lagi ditentukan oleh UN yang soal-soalnya dibuat oleh orang atau pihak yang tidak tahu sama sekali bagaimana proses belajar siswa dan bagaimana ketimpangan infrastruktur pendidikan nyata terjadi di Indonesia. Melalui Merdeka Belajar Nadiem benar-benar mengembalikan otonomi pendidikan kepada guru dan murid, para guru diberi hak dan wewenang untuk merancang soal, membuat soal, dan mengevaluasi pembelajaran. Dari perspektif murid, Merdeka Belajar membebaskan murid belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kecenderungan mereka tidak lagi ditentukan oleh satu mata pelajaran yang belum tentu merupakan bakat mereka.

Selain hal-hal di atas, Nadiem juga sudah banyak melakukan terobosan dan pencerahan penting untuk menaikkan mutu pendidikan Indonesia. Dana operasional sekolah yang biasa dikenal dengan BOS sekarang langsung ditransfer ke rekening sekolah, tidak ada lagi alasan insentif guru berstatus honorer kini mengeluh honor bulanan telat. Sekolah juga diberikan keleluasaan penuh untuk membelanjakan dana operasional sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dan yang tak kalah pentingnya, Nadiem banyak menginisiasi program-program membangun seperti Sekolah Penggerak untuk menggerakkan sekolah-sekolah yang dianggap belum berdaya oleh sekolah-sekolah yang dinilai memiliki kapasitas untuk menularkan semangat kemajuan, Guru Penggerak untuk menggerakkan guru-guru sekolah yang secara kompetensi belum sebagus guru-guru penggerak dengan harapan terjadi transfer pengetahuan, pengalaman di antara ekosistem guru-guru tersebut. Dan Organisasi Penggerak untuk mengajak organisasi-organisasi penggerak pendidikan mendorong lahirnya sekolah penggerak yang diharapkan berdampak terhadap peningkatan kualitas guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Tidak berhenti sampai di situ, Nadiem juga berhasil membuat terobosan dalam hal link and match antara dunia pendidikan dan dunia industri. Anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kini dengan dukungan penuh dari negara bebas magang di mana saja baik di dalam dan luar negeri untuk mengasah skil dan kompetensinya. Harapannya, setelah lulus, mereka anak-anak SMK tidak perlu bingung harus ke mana, karena mereka sudah dibekali skil, kompetensi bersertifikat yang bisa mereka jual di pasar kerja. 

Di tangan Nadiem pula, kini kesempatan untuk memperoleh beasiswa pendidikan, pelatihan, dan peningkatan kompetensi SDM dibuka selebar-selebarnya. Bertepatan dengan momentum 2 Mei 2021 lalu dengan menggandeng Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Nadiem meluncurkan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) yang mencakup banyak hal, mulai dari Beasiswa Kampus Merdeka, Beasiswa Program Dosen dan Tenaga Pendidik, Beasiswa Program Vokasi, Beasiswa Program Prestasi: Beasiswa S1 Siswa Berprestasi, Beasiswa S2 Mahasiswa Berprestasi, dan Beasiswa Kebudayaan.  

Apa yang dilakukan Nadiem bagi saya keren, luar biasa. Untuk menjadi bangsa maju, yang harus dibenahi memang pendidikannya. Dan Nadiem sudah melakukan sesuatu yang benar, tinggal sekarang terus konsisten mewujudkan program-program bagus yang telah dirintisnya. Dari tiga menteri pendidikan yang pernah menjabat di kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo mungkin bisa dibilang Nadiem lah yang berhasil memahami dan mewujudkan visi besar Presiden di bidang pendidikan. Bahwa memang benar, dengan memiliki sumber daya manusia yang unggul, Indonesia akan menjadi bangsa yang maju.       


0 Response to "Melihat Wajah Pendidikan Indonesia di Tangan Nadiem"

Post a Comment