Sisi Lain WFH dan PSBB | Paradigma Bintang

Sisi Lain WFH dan PSBB

Setelah sebulan lebih saya menjalani kebijakan work from home (WFH) dan beberapa hari terakhir harus mengikuti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), ternyata di balik itu semua saya menemukan makna baru yang belum pernah saya alami sebelumnya. Di masa yang serba tidak menentu ini, khususnya dimulai saat liburan panjang akhir pekan dari hari Jumat, Sabtu, Ahad saya seperti mendapatkan suatu pencerahan baru tentang apa yang sesungguhnya terjadi dan menimpa banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Bahwa sesungguhnya semua ini (Covid-19) adalah akibat. Akibat dari apa? Dari hal-hal yang telah berlalu dari kelakuan manusia. Kita tidak bisa menyalahkan satu dua orang, namun yang pasti akibat perbuatan orang-orang yang tidak tahu diri itulah, sebagai contoh, gemar memakan hewan-hewan liar yang esktrem dan tidak lazim semisal kelelawar, biawak dan sebagainya pandemi bernama korona ini berawal dan kini sudah mengglobal dan menelan korban di seluruh dunia di atas angka 100.000 jiwa.

Beberapa hari terakhir, di tengah keheningan Kota Jakarta yang tidak biasanya karena harus menerapkan PSBB, saya jadi banyak merenung, banyak melakukan refleksi, bahwa memang benar adanya segala apa yang dilakukan manusia akan kembali pada diri manusia itu sendiri. Selain itu, saya pribadi juga merasa lebih rileks, lebih damai, meski tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi seperti ini kadang membuat siapapun termasuk saya rentan merasa jenuh dan bosan. Jakarta yang biasanya bising dengan suara kendaraan bermotor, penuh dengan lalu lalang orang, barang, dan  rutinitas harian para pengadu nasib, berkat adanya musibah ini orang seperti saya dapat melihat Jakarta dengan dimensi yang berbeda. 

Di tengah kondisi tenang Jakarta, saya berhasil menemukan gairah lama yang hilang datang kembali. Iya, selain banyak merenung dan mendapatkan inspirasi-inspirasi insidental, entah mengapa beberapa hari belakangan saya tergugah untuk membaca literatur-literatur sastra oenghalus jiwa. Sebelumnya saya tidak terlalu suka membaca novel, tidak pernah membeli novel, namun berkat heningnya suasana Kota Jakarta saya tergerakkan untuk membeli dan membaca novel sastra. Sebelumnya selalu menulis dengan logika, namun kini cenderung tertarik untuk menulis dengan perasaan. Barangkali inilah sisi lain dari WFH dan PSBB yang meminta setiap kita untuk betah di rumah. Setiap orang memiliki pengalamannya masing-masing dalam memaknai WFH dan PSBB. Ini cerita saya, bagaimana dengan cerita Anda?  



0 Response to "Sisi Lain WFH dan PSBB"

Post a Comment