Mencintai Indonesia | Paradigma Bintang

Mencintai Indonesia

Saya lahir dan besar di Madura, namun jika harus memilih Madura atau Indonesia, jelas saya memilih Indonesia. Cinta saya pada Indonesia melebihi cinta saya pada tanah kelahiran saya berasal. Tahu kenapa? Karena Indonesia adalah inspirasi terbesar saya, ia dibangun dengan perjuangan dan pengorbanan yang tidak ada harganya, mau dibayar berapapun berdiri tegaknya Indonesia sebagai negara-bangsa tentu tidak akan bisa terbayar. Mencintai Indonesia adalah hal mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar, menjamurnya aksi radikalisme-terorisme yang mengancam stabilitas negara belakangan ini adalah nyata-nyata sangat mengancam eksistensi kehidupan dan kenyamanan kita bersama. Belum lagi dengan tumbuhnya organisasi masyarakat (Ormas) yang secara praktek nyata jelas-jelas bertentangan dengan asas dan ideologi negara yang kemudian membuat pemerintah harus mengeluarkan Perppu Ormas dan membubarkan Ormas yang terindikasi kuat anti Pancasila, dasar sekaligus filosofi kehidupan berbangsa bernegara.  

Mencintai Indonesia
Bersama anak-anak bangsa di bawah kaki gunung Guntur Garut ini, saya pernah belajar mencintai Indonesia
Beberapa waktu lalu, saat peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2017, pemerintah mengusung slogan ‘Saya Indonesia, Saya Pancasila’. Hemat saya, ini sangat positif dan inspiratif. Anak-anak bangsa disadarkan dan diingatkan dengan fakta abadi bahwa sampai kapapanpun landasan kita hidup di bumi Indonesia adalah Pancasila. Sebuah warisan agung, mahakarya para pendiri bangsa yang telah terbukti ampuh menyatukan dan menjaga persatuan kesatuan Indonesia. Tidak percaya? Coba anda perhatikan negara-bangsa besar di dunia, praktis hanya Indonesia yang bertahan. Uni Soviet, Korea, Yugoslavia, negara-negara Balkan, bangsa Arab, dan sebagainya tidak bisa menjadi sebuah entitas sosial politik yang bertahan kuat-lama karena mereka tidak memiliki dasar filosofis berbangsa-bernegera, mereka tercerai berai satu sama lain. Ambil contoh Soviet yang harus ambruk dan terpecah menjadi negara-negara kecil seperti Slovenia, Slovakia, Ukraina, dan lainnya. 

Bahkan dunia kagum dengan kita, bagaimana bisa dengan belasan ribu pulau, ribuan suku, bahasa, adat, budaya, dan ragam perbedaan lainnya Indonesia bisa hidup berdampingan dan eksis sampai detik ini. 17 Agustus 2017 ini usia Indonesia sebagai negara genap berusia 72 tahun. Sebuah usia yang jika dianalogikan dengan manusia terbilang matang. Di usia yang tak lagi muda ini, kita mesti bertanya bagaimanakah kualitas keindonesiaan kita?  Sudah semakin membaik atau justru sebaliknya? Melihat potret mutakhir kondisi kebangsaan kita yang terus digempur dengan aksi radikal para teroris, praktek intoleran beberapa kelompok masyarakat, maraknya virus dusta (hoax) berkedok fitnah kebencian, dan ancaman disintegrasi bangsa oleh sekelompok Ormas yang ingin mengganti ideologi besar Pancasila kita patut waspada bahwa Indonesia dalam ancaman dan bahaya serius. Karena itu, tidaklah berlebihan kiranya, dalam kondisi bangsa yang sedemikian meresehkan Pemerintah mengeluarkan kebijakan berani, menerbitkan Perppu Ormas yang dilanjutkan dengan pembubaran Ormas (HTI) yang diduga kuat bertentangan dengan haluan negara. Tanpa harus melampaui batas, kita mesti mengapresiasi langkah pemerintah mengambil sikap antisipatif sebelum segalanya terlanjur parah. Ingat Indonesia dalam darurat kebinekaan.

Saya anak bangsa yang terbilang pernah mengenyam pendidikan dengan bertemu banyak latar belakang kawan, semenjak menempuh pendidikan SMP-SMA hingga perguruan tinggi saya bersyukur pernah belajar dengan beragam teman dan guru. Dalam pekerjaan pun begitu, saya pernah berkumpul, berproses bersama anak-anak negeri mulai dari Aceh hingga Papua. Bersama mereka saya merasakan nikmatnya perbedaan, meski berbeda suku, agama, budaya, bahasa, dan lainnya tapi saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Saya bisa berinteraksi dengan mereka, memahami satu sama lain, bertukar ide, cerita, pengalaman, dan bersama mereka mensyukuri kebinekaan Indonesia yang dengan susah payah dibangun oleh para pahlawan bangsa. 

Saya jadi tahu orang Papua, Palembang, Medan, Padang, Bangka, Kalimantan, Sulawesi, Gorontalo, Bali, Lombok, Ambon, Jawa, dan Sunda. Jujur, dari interaksi dengan banyak orang itulah saya semakin sadar bahwa Indonesia benar-benar kaya. Mengapa kaya? Karena setiap mereka memiliki kelebihan dan keistimewaanya masing-masing. Saya bisa belajar dari mereka satu dua hal yang tidak mungkin bisa saya dapatkan ketika saya tidak berjumpa mereka. Disinilah makna kebinekaan itu, saling menghargai, saling menerima, bukan malah sebaliknya. Melalui peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 72 ini, mari jadikan sebagai momentum terbaik untuk kita menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air. Saatnya kita memupuk subur nasionalisme, membuang paham radikal-intoleran yang selalu merasa paling benar sendiri, membuang ego sektoral yang selalu ingin menyalahkan orang lain yang berbeda, mari kembali kepada jati diri bangsa yang sejati, yaitu bangsa yang ramah, toleran, menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran. Dengan begitu, kita pastikan Indonesia tetap utuh, kuat, dan semakin maju.

Untuk diketahui tantangan terbesar kita dewasa ini adalah berubahnya lanskap politik ekonomi global yang semakin hari semakin tidak menentu. Geo politik dan geo strategis semakin dinamis, pun demikian dengan perang asimetris seperti narkoba, terorisme, trafficking, cyber crime, yang selalu mengancam dan merongrong stabilitas nasional Indonesia. Beberapa waktu terakhir, terungkap penyelundupan satu ton narkoba dari Taiwan, juga dengan terungkapnya jaringan teror yang masif melakukan aksi penyerangan di beberapa titik dan lokasi. Jika kita tidak mawas diri dan bersatu, kita akan terus digempur oleh agen-agen perusak bangsa. Karena itu, membenahi internalitas, memperbaiki kualitas keindonesiaan kita, dan membumikan nila-nilai luhur warisan para pendiri bangsa dalam praktek kehidupan sehari-hari adalah keniscayaan demi tegaknya NKRI. Mari kita cintai Indonesia!

Istimewanya, tulisan di atas dimuat di halaman 7 harian Kompas Rabu (23/08/2017). Berikut adalah filenya:


Baca juga Indonesia-Malaysia: Dekat tetapi Jauh
Baca juga Ihwal Indonesia Kerja Bersama
Baca juga Merawat Kebhinekaan Indonesia

3 Responses to "Mencintai Indonesia"

  1. Merdeka gan.. berbeda beda tapi tetap satu

    ReplyDelete
  2. Kita harus mencintai negara kita tanpa membeda-bedakan suku,ras,dan agama

    ReplyDelete
  3. saatnya memupuk nasionalisme,saya juga pengin bertemu dengan masyarakat indonesia di seluruh penjuru indonesia

    ReplyDelete