Memprediksi Peluang Menang-Kalahnya Ahok | Paradigma Bintang

Memprediksi Peluang Menang-Kalahnya Ahok

Dinamika hidup sangat cair, siapa yang menduga Ahok yang sebelumnya selalu lolos ketika dihantam dengan serangan kasus-kasus besar seperti proyek reklamasi, RS Sumber Waras, dan proyek pengadaan Uninterruptable Power Supply (UPS), kini dia harus rela menerima kenyataan menyandang status tersangka atas kasus yang sangat konyol sekali. Beberapa waktu lalu, Ahok ditetapkan sebagai tersangka penista agama setelah dua alat bukti dianggap cukup dan gelar perkara diadakan dengan cukup transparan. Meski tidak ditahan, Ahok sudah resmi menyandang status tersangka pelaku penodaan agama lantaran  beberapa kata yang ia lontarkan saat memberikan pidato di hadapan warga kepulauan Seribu. Frasa "Dibodohi pakai surat Al-Maidah ayat 51" adalah sesuatu yang sangat fatal yang mengantarkan Ahok menjadi tersangka kasus yang sama sekali tidak perlu terjadi dan ia lakukan.

Membaca Peluang Ahok
Atas preseden ini, jagat sosial politik Indonesia benar-benar dibuat gonjang-ganjing, tidak ketinggalan Presiden Jokowi terkena getahnya. Presiden dituntut harus bisa memainkan pendulum politik nasional agar keutuhan Indonesia sebagai bangsa-negara tetap terjaga. Apresiasi setingi-tingginya layak diberikan kepada Presiden, dengan safari dan komunikasi politiknya kepada tokoh-tokoh masyarakat, pimpinan ormas dan parpol, stabilitas negara bisa dibilang kondusif. Meskipun dalam waktu dekat akan ada Aksi Jilid III, kita harapkan semuanya baik-baik saja. 

Sejujurnya, jauh-jauh hari sebelum Ahok tersandung kasus penodaan agama, saat saya ke Jakarta, masuk ke masjid-masjid untuk numpang shalat, saya selalu mendengarkan ceramah-ceramah para imam dan pemuka agama yang secara terang-terangan menyerang Ahok, menghimbau agar warga DKI tidak lagi memilih Ahok lantaran satu dan lain hal. Sepanjang saya menyimak, masalah agama, etnis dan kebijakan-kebijakan Ahok menjadi dalih para penceramah menyerukan agar warga tidak lagi memilih Ahok. Bayangan saya ketika mendengarkan ceramah itu, semoga saja Ahok dan tim suksesnya tidak terbakar dan terpancing untuk menyerang balik. 

Ternyata dugaan saya keliru, Ahok terpancing dan tragisnya malah menyerang balik dengan serangan konyol yang malah membuatnya berurusan dengan hukum. Menuding para lawan politiknya yang mayoritas warga muslim melakukan pembodohan politik dengan memakai surat Al-Maidah ayat 51 yang inti isinya "agar tidak menjadikan orang Nasrani sebagai pemimpin" benar-benar menyulut amarah ummat muslim terutama pihak-pihak yang selama ini bertentangan dengan Ahok. Aksi besar-besaran Jilid I dan II agar Ahok diproses hukum adalah bukti kemarahan warga atas pelecehan Ahok terhadap Islam. Selain itu, sebagai ekses, di sana-sini terjadi penolakan warga terhadap agenda kampanye Ahok-Djarot.

Meski secara terbuka telah meminta maaf, para pembencinya tetap menginginkan Ahok ditahan, dan diadili sebagaimana mestinya. Bahkan, tidak sedikit para pembenci itu yang meminta Ahok mundur dari  Pilkada DKI. Semuanya terjadi begitu saja, anehnya hal ini seperti mendapat momentumnya, terjadi saat masa-masa panas menjelang Pilkada Serentak di mana DKI Jakarta sedang mencari sosok pemimpin baru periode 2017-2022 di mana Ahok menjadi salah satu kontestan di dalamnya. Sebagai dampaknya, derajat keterpilihan (elektabilitas) Ahok semakin hari semakin terjun bebas. Menurut survei yang diadakan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI), angka elektabilitas Ahok-Djarot setelah Ahok ditetapkan tersangka mencapai 10, 6 persen dari yang sebelumya 24, 6 persen. Sebuah prediksi ilmiah yang harus dijawab tim sukses Ahok dengan kerja keras ekstra agar pasangan ini bisa terpilih lagi.

Membaca tren penurunan elektabilitas Ahok-Djarot yang semakin hari semakin nyata, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa peluang Ahok untuk bisa menang dalam Pilkada DKI 15 Februari 2017 relatif cukup kecil. Butuh keajaiban politik bagi Ahok untuk kembali mendapatkan simpati publik yang sebelumnya sangat mengidolakan dan menaruh harap agar Ahok menjadi Gubernur untuk kedua kalinya. Ini semua tidak lain karena blunder yang dibuat sendiri oleh Ahok, bahwa menjaga diri, menahan diri dari ucapan yang sama sekali tidak penting itu kunci seseorang bisa selamat dan langgeng. Kalau saja Ahok mau belajar dari sosok Jokowi, meniru gaya sang presiden, kapan harus dingin, kapan harus hangat, besar kemungkinan peluangnya terpilih kembali menjadi Gubernur DKI masih terbuka lebar. Kini peluang itu benar-benar sangat tipis. 

5 Responses to "Memprediksi Peluang Menang-Kalahnya Ahok"

  1. ahok menang apa kalah, itu masih menjadi misteri, kita lihat saja nanti 2017

    ReplyDelete
  2. Kyaknya ahok bakalan kalah deh. Tapi siapa tahu bisa menang seperti kemenangan dobald trump. Nunggu masa depan aja.

    ReplyDelete
  3. nyimak aja gw mah gan, bukan orang dari jakarta jg gw, pokoknya yang terbaik buat jakarta dah

    ReplyDelete