Makna Diplomasi Kuda Jokowi-Prabowo | Paradigma Bintang

Makna Diplomasi Kuda Jokowi-Prabowo

Adalah fakta bahwa kedua tokoh nasional (Jokowi-Prabowo) menjadi pemanis panggung politik Indonesia. Keduanya pernah bersaing sengit dalam pemilihan presiden (Pilpres 2014), satu di antara keduanya harus ada yang kalah dan satu ada yang menang. Namun begitu, keduanya sempat panas saat Jokowi keluar sebagai presiden terpilih dan Prabowo dinyatakan kalah oleh KPU dan MK. Di awal-awal Prabowo begitu kerasnya menerima takdir kekalahan dari Jokowi, namun drama politik berkata lain. Berkat kerendahan hati seorang Jokowi, sang presiden terpilih rela dan berbesar hati untuk  menemui rival politik yang ia kalahkan atas inisiatifnya sendiri. 

Pertemuan yang berlangsung 17 Oktober 2014 di rumah Prabowo Subianto, di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan itu kemudian mencairkan tensi politik nasional yang sempat mendidih. Prabowo menerima takdir kekalahannya dan menyatakan dukungannya kepada presiden terpilih Jokowi. Bahkan, pada acara pelantikan presiden-wakil presiden terpilih 20 Oktober 2014, Prabowo beserta jajaran partai koalisi pendukungnya hadir dan ikut memberikan ucapan selamat kepada Jokowi. Sebuah pamandangan politik yang cukup menyenangkan. 

Diplomasi Kuda Jokowi-Prabowo
Dalam perkembangannya, saat pemerintahan yang dipimpin Jokowi baru berumur tiga bulan, muncul masalah dan polemik besar perihal kontroversi penunjukan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kapolri yang pada waktu bersamaan ia ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Akibat polemik ini, perang cicak versus buaya tidak bisa terhindarkan. Dua pimpinan KPK (Abraham Samad dan Bambang Widjojanto) ditetapkan sebagai tersangka oleh Bareskrim Polri atas dugaan kasus yang dipaksakan telah dilakukan keduanya. Toh, pada akhirnya setelah kondisi stabil, kepentingan Polri dirasa selesai, kasus keduanya diputihkan.

Imbasnya, Baik Abraham maupun BW harus mengakhiri karir cemerlang di KPK lebih awal dibandingkan komisioner lain karena keduanya berstatus tersangka dan digantikan oleh PLT Komisioner KPK yang ditunjuk presiden. Pada kondisi dan susana genting itu, Prabowo mengunjungi Presiden Jokowi di Istana Bogor, 29 Januari 2015. Makna kunjungan Prabowo saat itu adalah demi kepentingan bangsa dan negara, Partai Gerindra yang ia pimpin di Parlemen siap mendukung apapun kebijakan presiden terkait pengangkatan Kapolri. 

Ketika itu, Jokowi berada dalam tekanan oleh partai pendukungnya sendiri (PDI-P) yang mendesaknya untuk melantik Budi Gunawan sebagai Kapolri karena dalam gugatan pra peradilan atas penetapannya sebagai tersangka oleh KPK ia menang dan status tersangkanya dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum. Sementara di lain sisi, meskipun Budi Gunawan menang gugatan praperadilan Jokowi lebih condong untuk membatalkan pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapori karena suara publik dan mayoritas Tim Sembilan yang dibentuk presiden merekomendasikan pembatalan Budi Gunawan sebagai Kapolri. Benar saja, Jokowi tidak jadi melantik Budi Gunawan yang secara riil telah dinyatakan lulus dalam fit and proper test di DPR dan malah memilih Badrodin Haiti sebagai Kapolri.

Dan Senin (31/10/16) kemarin, pertemuan keduanya kembali terjadi. Kali ini, Jokowi menemui Prabowo di rumah kediaman pribadinya di Hambalang Bogor. Pertemua ketiga ini terasa lebih hangat, cair, dan bersahabat. Penyebabnya tidak lain karena pada pertemuan ketiga ini, Prabowo sebagai tuan rumah tidak saja menyambut Presiden Jokowi beserta rombongan dengan marching band, jamuan makan siang dan ramah tamah. Lebih dari itu, Prabowo mengajak Presiden Jokowi untuk berkuda dan memakai topi koboi. Diplomasi kuda ala Jokowi-Prabowo ini jarang-jarang terjadi, karena itu sangat menyenangkan bagi jurnalis yang kebagian tugas meliput momen tersebut. 

Nah, kembali ke diplomasi kuda. Pada momentum ini, demi kepentingan Indonesia Jokowi lagi-lagi mengalah, dalam kapasitasnya sebagai presiden ia mau bertamu, berkunjung dan menemui Prabowo Subianto di rumah pribadinya. Agendanya tidak lain adalah Jokowi ingin mengajak Prabowo berdiskusi, menemukan pencerahan sekaligus mengharapkan bekal dukungan dari Prabowo dalam menyikapi isu-isu kebangsaan terkini. Masalah penistaan agama yang diduga kuat dilakukan Ahok, rencana demo besar-besaran 4 November 2016 di depan istana terkait kasus Ahok, kontestasi Pilkada DKI dan sebagainya adalah fokus utama pembicaraan kedua tokoh politik tersebut. 

Kuat dugaan, dalam konteks Pilkada DKI misalnya, Jokowi yang jelas-jelas berasal dari kubu PDI-P, partai pengusung Ahok-Djarot, meminta dengan hormat kepada Prabowo agar Pilkada DKI yang hanya diikuti oleh tiga pasang calon ini tidak menimbulkan gesekan. Pun demikian juga dengan rencana aksi demo besar-besaran oleh massa kelompok Islam yang merasa tersinggung dengan dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok. Prabowo diharapkan bisa meredam amarah massa dan mengajak mereka untuk menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa. Inilah makna diplomasi kuda ala Jokowi-Prabowo. Bahwa ternyata dalam politik itu, tidak ada lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Pernah bersaing, pernah panas, tapi keduanya kini sejuk, akrab, hangat dan semakin mendewasa dalam berpolitik. Kita harapkan persatuan Indonesia terus terjaga.

5 Responses to "Makna Diplomasi Kuda Jokowi-Prabowo"

  1. kalo gini kan enak liatnya gan berantem terus...
    iyalah udah harus sama sama dewasa udah berapa tahun merdeka masak iya demokrasi masih aja gak dewasa dewasa..

    ReplyDelete
  2. Nice Infonya mas bermanfaat sekali :)

    ReplyDelete
  3. nice info gan, back ya dari fb+ klik

    ReplyDelete