Cerita PSP3 Ditipu Bajingan | Paradigma Bintang

Cerita PSP3 Ditipu Bajingan

Perjalanan menjadi pemuda penggerak perdesaan (PSP3) selama kurun waktu dua tahun ini menyisakan banyak cerita yang patut menjadi hikmah, di antara cerita itu adalah pengalaman pernah ditipu bajingan yang tidak tahu diri. Ceritanya adalah, awal mula si bajingan datang memprospek pegawai desa, menawarkan pemasangan layanan pembayaran dan transaksi online. Mulai dari tagihan listrik, isi pulsa, pemesanan tiket kereta pesawat semua bisa diakses melalui layanan ini. Pegawai desa hanya bisa mendengarkan dan mencatat alamat contact bajingan tersebut. Namun tidak berani ambil keputusan, apakah menerima tawaran  atau menolak. 

Hikmah Ditipu BajinganSelang beberapa lama, pegawai desa bersangkutan datang menemui saya, dan menceritakan perihal tawaran si bajingan. Mendengar cerita dan tawaran itu, awalnya saya hanya diam saja sambil memikirkan baik buruk, dan untung ruginya jika saya menerima tawaran itu. Saya katakan saya pikir dulu, dalam proses pemikiran dan pertimbangan, muncul bayangan, saya di desa ini baru tiga bulan, namun belum ada action yang benar-benar nyata dan tampak dirasakan masyarakat.  Akhirnya, saya pun memutuskan OK saya terima tawaran itu dengan konsekuensi memakai uang pribadi. Saya pun mengabari kepala desa dan segera saja Kades mengabari si bajingan. 

Tak lama, hanya berselang dua hari, si bajingan datang ke tempat saya yang tak lain di istana desa untuk menemui saya dan menjelaskan perihal kerjasama dan hal-hal teknis mulai dari pemasangan sistem aplikasi, pembayaran fee dan sebagainya. Dari awal, sebenarnya saya sudah curiga ada hal yang tidak beres, masak hanya memasang payment online harus bayar mahar 1,5 juta, ketika saya tanya, untuk apa? alasannya katanya untuk beli license.  

Untuk diketahui, si bajingan ini mengaku agennya Bank Bukopin. Saat itu, sejujurnya saya ingin membatalkan semua rencana karena saya sudah merasa kurang percaya. Namun, lagi-lagi yang ada dalam pikiran, kalau saya batalkan saya takut menegecewakan Kades dan beberapa pegawai desa, Pun juga saya masih berpikir, action saya belum kelihatan. Akhirnya, dengan berat hati, saya lanjutkan saja rencana tersebut hingga terpasang sistem payment online berbasis point. Jadi pembayaran fee dari loket ini berbasis poin, hitungannya per kertas dihargai seribuh rupiah. 

Karena sudah deal, maka saya harus bayar 1,5 juta dan ketika ditanya kira-kira saya dapat kompensasi apa saja dari uang tersebut? si bajingan menjawab, saya dapat banner loket dan printer. Memang benar saya mendapat banner dan printer yang udah udzur penuh masalah.

Hari demi hari loket pembayaran mulai berjalan, warga mulai banyak berdatangan ke istana desa tempat saya tinggal untuk membayar tagihan listrik, memesan tiket, membeli pulsa dan sebagainya. Saya merasa keberadaan saya pelan tapi pasti bisa membantu memberikan pelayanan publik yang memadai, warga tidak perlu jauh-jauh datang ke desa sebelah hanya untuk bayar listrik atau beli pulsa. Karena memang inilah tujuan pokok mengapa saya menerima tawaran yang penuh dengan kecurigaan ini.

Lima bulan kemudian saya dapat musibah dan tidak bisa mengurus loket tersebut, karena itu untuk sementara saya meninggalkan layanan online ini dan membiarkannya tidak ada yang mengurus. Terpikir ketika itu, saya ingin mempercayakan kepada pegawai desa atau pemuda desa, namun ketika saya tawarkan kepada mereka, tidak ada yang berkenan, dengan alasan takut, sungkan, tidak tahu sistem operasional, dan lain-lain.

Nah, dalam masa-masa vakum tersebut, rupanya si bajingan yang sudah mengetahui sistem, di luar dugaan mengambil seluruh isi saldo tanpa restu saya dan parahnya ketika saya tidak ada di tempat dan masih berkutat dengan persoalan, dia menelpon saya, minta izin pinjam printer. Ketika saya tanya, kapan maun dikembalikan? Dia jawab, secepatnya, paling lambat satu minggu lagi. Mendengar jawaban itu, saya bilang, silahkan printer ambil di istana desa, bilang sama pegawai desa, sudah izin sama saya. Eh, ternyata, prasangka baik saya berbanding terbalik, bajingan itu ngelunjak, printer bukannya dikembalikan tapi diambil selama-lamanya. Ketika saya hubungi nomornya tidak pernah aktif, saya pun melapor ke Bukopin Provinsi, ternyata juga tidak bisa dihubungi. Karena sebal dan jengkel, saya pun menelepon dan menceritakan apa yang saya alami kepada Bukopin Provinsi perihal modus-modus bajingan keparat itu.

Mendengar cerita saya, pegawai Bukopin tersebut memberi respon, bahwa si bajingan itu memang sering tidak jelas dan rekam jejaknya terbilang negatif. Saya pun minta tolong pihak Bukopin Provinsi untuk menelpon si bajingan, berharap saldo loket dan printer segera dikembalikan agar transaksi bisa terus berjalan dan pelayanan publik terkait pembayaran online di desa tidak berhenti. Pihak Bukopin Provinsi Sudah mencoba menghubungi berkali-kali. Hasilnya sama dengan upaya saya, nihil,  tidak bisa dihubungi. 

Dan sungguh sangat melampaui batas, sampai tulisan ini ditulis, bajingan itu hilang jejak dan sebagai dampaknya usaha rintisan saya di bidang jasa mau tidak mau harus berakhir dengan segudang catatan. Inilah pengalaman pahit saya terkait bisnis. Bahwa ternyata di balik ketulusan pasti ada saja yang culas, dan bajingan itu memang benar-benar brengsek, seenaknya sendiri tanpa berpikir bagaimana orang lain.  Apapun itu, hal ini saya jadikan sebagai pengalaman yang harus diambil hikmahnya, bahwa terlalu berbaik sangka tidak baik juga. Bajingan penipu yang ngelunjak itu memanfaatkan kelengahan saya yang sempat memberinya kepercayaan.


2 Responses to "Cerita PSP3 Ditipu Bajingan"

  1. wah, makasih udah bagi pengalaman bisa jadi pelajaran juga nih buat saya

    ReplyDelete
  2. wah, mantap nih biar nambah pengalaman saya biarga ketipu. padahal suka banget sama dunia gadget,jdi harus hati hati..

    ReplyDelete